Jakarta, katigamagz.com – Masa lalu yang buruk harus menjadi pembelajaran, dan masa lalu yang baik harus ada keberlanjutan. Sedangkan masa kini adalah fakta, dan masa depan adalah tujuan yang hendak dicapai.
Kristalisasi pemikiran yang mencakup tiga masa tersebut telah membentuk pondasi yang kuat untuk berdiri dan tumbuh kembangnya Asosiasi Profesi Keselamatan Pertambangan Indonesia (APKPI) sejak kelahirannya 10 tahun silam. Sudut pandang ala mata elang tersebut disampaikan oleh Eko Gunarto, Dipl. Mech E., MT – salah satu dari 25 tokoh Pendiri dan Pengawas APKPI. Eko Gunarto bersama Alwahono Ir., MBA., MOHS – co-founder dan Direktur APKPI Periode ketiga (2021-2024) berbincang dengan Majalah Katiga, menyoroti dinamika organisasi hingga kesiapannya menggelar Musyawarah Nasional dan Seminar III tahun 2024, 28-29 Juni di Bogor.
Mengangkat tema ‘Strategi Pengelolaan Keselamatan Pertambangan Menuju Sustainable Development Goals (SDGs) Tahun 2030’, kegiatan akbar tersebut menegaskan komitmen dan tekad seluruh insan pertambangan di APKPI untuk berperan aktif dan berkontribusi signifikan terhadap pencapaian sasaran SDGs) di Indonesia. Mengapa menuju SDGs 2030 dan bukan Indonesia Emas 2045? Alwahono menjelaskan.
“Pertambangan Indonesia adalah bagian dari SDGs di tahun 2017 yang disetujui dan didukung secara internasioal untuk dicapai pada tahun 2030. Keselamatan operasional pertambangan berkontribusi penting terhadap keberlanjutan usaha. Tentu diperlukan strategi dan sinergi selama kurang lebih 5 tahun ke depan untuk mewujudkannya,” jelas Alwahono – yang akrab dipanggil Pak Al.
Masih terkait tema, Eko Gunarto menambahkan bahwa APKPI fokus pada SDGs sebagai sasaran antara. “Untuk menuju Indonesia Emas 2045 kan harus melewati 2030 sebagai tahapan pendahulunya, dimana ribuan perusahaan tambang bertanggungjawab dan berkorelasi dengan keselamatan kerja untuk pencapaian industri berkelanjutan, sedangkan keberlanjutan adalah prasyarat mencapai Indonesia Emas 2045,” paparnya.
Untuk terus melangkah ke depan dan bergerak maju, APKPI harus memperhitungkan banyak hal yang bakal terjadi di bidang profesi keselamatan industri pertambangan turut memegang potensi transformatif masa depan pertambangan dan energi nasional yang berkelanjutan. Munas 2024 tersebut menjadi momentum krusial untuk membahas rencana langkah-langkah strategis untuk mengoptimalkan keselamatan operasional pertambangan hingga 2030.
Lahir karena Amanah KTT
Perumusan strategi keselamatan operasional pertambangan ke depan tak lepas dari latar belakang APKPI sebagai organisasi yang dibentuk berdasarkan amanah para Kepala Teknik Tambang (KTT). Selaku pemegang posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan pertambangan, KTT memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya operasional pertambangan sesuai dengan kaidah teknik pertambangan yang baik dengan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
“Yang perlu digarisbawahi di sini, pembentukan APKPI bukan maunya orang per orang. Para KTT adalah perwakilan manajemen. KTT bertangungjawab atas kegiatan operasional, ditunjuk oleh manajemen untuk membentuk wadah komunikasi dan selanjutnya disahkan oleh pemerintah. Tantangan yang dihadapi para KTT dalam menjaga keselamatan itu luar biasa, sehingga harus ada penyamaan persepsi antar perusahaan pertambangan melalui APKPI ini,” jelas Eko
Menurut Eko, pada awalnya, pembentukan APKPI diinisiasi oleh kepala inspektur tambang dengan didukung para KTT, yang diampaikan pada tanggal 29 Nopember 2013 ke Direktur Jenderal Mineral dan Batubara. Mendapat lampu hijau dari dirjen, selanjutnya diurus untuk mendapatkan akte notaris, dan akhirnya pengesahan oleh Kemenkumham. Demi mengemban amanah itu, ke-25 orang pendirinya berdonasi sesuai kemampuan untuk kebutuhan pembiayaan administratif legal.
Bukan hanya untuk kepentingan perusahaan tambang tetapi jauh lebih luas, termasuk misi membantu pemerintah dalam mengupayakan pertumbuhan industri dan ekonomi. Para pendiri boleh mati – karena sudah takdir manusia, tetapi APKPI harus tetap hidup.
Terbukti APKPI bukan sekedar hidup tapi eksis dan tumbuh dengan penuh dinamika pasang surut organisasi. Syukurnya, lebih banyak pasang daripada surut, berkat tekad dan komitmen kuat serta sinergitas pengurus pusat dan propinsi. APKPI telah berhasil menjangkau praktisi, profesional dan inspektur keselamatan dari kawasan ujung barat hingga ujung timur Indonesia.
“APKPI harus makin hidup dan makin bermanfaat dengan dukungan orang-orang hebat di berbagai DPP yang menjadikan program-program APKPI terlaksana. Wajar sekali bilamana tingkat pelaksanaannya ada yang belum 100 persen atau belum optimal karena faktor situasi dan kondisi yang berubah-ubah, dan kadang perubahan eksternal dapat terjadi di luar prediksi,“ jelas Eko.
Konsisten S3
Menurut Eko, ibarat setiap bayi butuh susu dan kasih sayang untuk bisa tumbuh kembang, APKPI tetap proaktif dan inovatif dalam merancang dan konsisten menjalankan program-program kegiatan organisasi untuk mencapai dua sasaran sekaligus. Pertama adalah penggalangan dana dan yang kedua adalah penggalangan keanggotaan. Diantara program-program yang menjadi terobosan inovatif di masa kepemimpinan Alwahono di periode 2020-2024 adalah Webinar Seven Series. dan Safety Sharing Session (S3).
Rangkaian webinar, sebagai media siar daring yang aman di masa pandemi yang sedang parah-parahnya menjadi sebuah terobosan brilian yang efisien dan efektif, dengan menyiapkan 7 topik untuk 7 sesi webinar. Seri pertama Webinar Seven Series digelar 1 Oktober 2020 menyajikan judul Keselamatan Pertambangan dalam Pengelolaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik. Secara konsisten, seri berikutnya digelar setiap seminggu sekali dengan topik-topik spesifik.
Ibarat “Success breeds success”, sukses penyelenggaraan Webinar Seven Series menular ke program bertajuk Safety Sharing Session (S3) secara daring sejak Rabu 15 September 2021. S3 menjadi agenda yang fenomenal yang selalu ditunggu kehadirannya oleh tak hanya para insan pertambangan tetapi juga terbuka untuk umum melalui registrasi online.
“Melalui Webinar Seven Series dan S3, para narasumber – insan pertambangan, yang terpilih dari praktisi dan profesional sangat berjasa dalam hal berbagi ilmu, ide dan inspirasi serta pengalaman kepada khalayak pertambangan,” jelas Eko.
Dinamika internal dan eksternal APKPI ke depan akan makin penuh warna. Berbagai tantangan dan peluang baru sudah pasti muncul, termasuk tantangan peningkatan keanggotaan yang lebih banyak lagi. Saat ini jumlah anggota sudah mencapai 16.000 lebih namun secara persentase di industri pertambangan, dengan ribuan perusahaan jasa tambang yang ada di Indonesia, masih belum setinggi yang diharapkan. Diperlukan dukungan kegiatan dan media promosi offline serta online yang lebih gencar.
Di tempat terpisah, Dwi Pudjiarso sebagai salah satu pendiri dan pembina APKPI yang merupakan tokoh senior keselamatan pertambangan (KP) menilai kemajuan 10 tahun APKPI adalah keberhasilan dalam merangkul tokoh-tokoh KP perusahaan tambang dan perguruan tinggi papan atas Indonesia menjadi pengurus. Program bermanfaat langsung bagi anggotanya, seperti Safety Sharing Session, Hapijira, dst. Peran penting lain adalah APKPI telah menjadi tim perumus SKKNI baru di bidang keselamatan pertambangan.
Terkait pimpinan APKPI yang akan datang selain kriteria yang ada, ia merekomendasikan figur yang bisa membawa APKPI menjadi salah satu anggota tim perumus pemerintah mewakili praktisi di dalam pengembangan Kepdirjen, Kepmen, Permen dan produk peraturan keselamatan pertambangan lain.
Pria yang sudah 45 tahun bergelut di keselamatan pertambangan ini pun menyoroti tentang perilaku perusahaan-perusahaan tambang menengah dan besar yang menggunakan jasa konsultan asing. “Ini menjadi tantangan kita bersama sebagai profesional KP di tanah air, padahal rate mereka berlipat-lipat dibanding konsultan lokal. Terlebih, di awal pekerjaan mereka melibatkan konsultan nasional,” ungkapnya. APKPI sebagai kumpulan praktisi senior Indonesia, mestinya bisa mengambil peluang ini, tambahnya.
Senada dengan Dwi Pudjiarso, Ade Kurdiman yang selama ini menjabat sebagai Sekjen APKPI mencatat beberapa kemajuan yang dicapai selama 10 tahun terakhir seperti penguatan di organisasi yang melibatkan hampir seluruh perwakilan praktisi pemegang usaha pertambangan dan usaha jasa pertambangan pada level top manajemen serta Dewan Penasihat yang melibatkan purna Kepala Inspektur Tambang ESDM menjadi Pembina APKPI, sinergitasnya pun semakin membaik. Kemudian berhasil mempertemukan tokoh-tokoh pertambangan yang terangkai dalam buku 100 Anak Tambang Indonesia. Sinergi APKPI dengan forum atau asosiasi K3 yang lain juga menguat dan anggotanya tidak saja dari kalangan pertambangan tapi juga non pertambangan.
Dari sisi eksposing keluar, Ade menuturkan APKPI telah berhasil mengadakan event besar tahunan dari mulai Program Bulan K3 APKPI dari KM 0 Sabang-Merauke, kemudian 1st Indonesian Mine Safety Summit, dan seterusnya. “Selain itu, APKPI juga berhasil melakukan kegiatan Safety Sharing Session (S3 APKPI) terbanyak sampai dengan 70 sesi. Kemudian mendapat Rekor Muri dua kali atas kegiatan Bulan K3 APKPI se Indonesia dengan peserta terbanyak dan Penjualan Buku 100 Anak Tambang Indonesia terbanyak,” ungkapnya.
Akhirnya jajaran pimpinan dan pengurus APKPI periode selanjutnya (2024-2028) yang ditetapkan melalui Munas 2024 harus siap untuk “gas pol” dalam meningkatkan peran dan kontribusi pengelolaan keselamatan APKPI terhadap keberlanjutan pembangunan nasional. Peran dan kontribusi juga mencakup memberikan berbagai masukan terkait regulasi dan kebijakan pemerintah khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral. Sinergitas dan kesamaan persepsi seluruh stakeholders keselamatan menjadi kunci pembuka jalan ke depan menuju realisasi SDGs dan Indonesia Emas.
									




